Don't judge a book by its cover! Kalimat ini
seringkali kita dengar dan hampir setiap orang akan setuju akan makna
yang terkandung di dalamnya. Namun demikian, kita harus tetap selalu
berhati-hati dalam menjaga sikap dan mengungkap makna dalam kata karena
sifat dasar kita sebagai manusia adalah menghakimi orang atas apa yang
kita lihat, kita dengar dan kita alami. Sadar ataupun tidak, termasuk
diri saya sendiri. Astaghfirullaah.
Hal yang paling utama adalah
ketika kita berbicara. Menjalankan kewajiban sebagai pembicara sekaligus
pendengar adalah hal yang tidak bisa kita lalaikan. Kata yang indah
yang diucapkan dengan nada, intonasi serta bahasa tubuh yang tepat,
pasti akan berdampak luar biasa bagi yang mendengarkan. Sebaliknya,
seindah dan sebijak apapun kalimat yang kita sampaikan, namun dengan
nada dan intonasi serta ekspresi anggota tubuh yang tidak tepat, maka
pasti akan berdampak negatif.
Sehebat apakah sebenarnya kata-kata yang kita ucapkan itu? Berkaitan dengan hal ini, para ahli sosiologi berkata, "Sesungguhnya
kekuatan kata akan melampaui kekuatan apapun yang bisa mengantarkan
pesan kepada relung jiwa manusia. Ia ibarat listrik atau tenaga nuklir".
Selain itu, orang bijak juga mengatakan, "Perkataan
anda adalah kekuatan terbesar yang anda miliki. Jika anda mampu
memolesnya menjadi indah, mengarahkannya dengan baik, dan menempatkannya
sesuai dengan posisinya, maka anda menjadi orang yang beruntung, karena
meraih cinta manusia dan kepercayaan mereka hingga jalan menuju
kesuksesan akan terbuka di hadapan anda".
Saudaraku, dari kalimat-kalimat di atas, jelas terlihat bahwa sebenarnya tidak salah ketika orang men-judge the book by its cover. Yang perlu kita pahami di sini adalah bahwa "cover" juga bisa berupa kata-kata yang kita dengar pertama kali ataupun sikap yang kita terima dari seseorang yang baru kita kenal. Karena
sudah dapat dipastikan bahwa orang yang baik, cerdas serta bijak tidak
akan berbicara dan bersikap "nyeleweng" dari yang seharusnya. Berbicara
tentang orang cerdas, bukan hanya berarti mereka yang memiliki nilai
akademik tinggi, namun dalam hal ini lebih kepada bagaimana ia bisa
bersikap dan berkata yang tepat pada lawan bicaranya. Rasulullah SAW
telah mengingatkan kita bahwa, "Aku diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan kadar akal mereka".
Baiklah, sekarang sudah jelas bahwa ketika ada orang yang -kata orang-
"cerdas", namun tidak dapat berbicara sesuai dengan lawan bicaranya,
berarti sesungguhnya iapun belum secerdas seperti apa yang dikatakan
orang.
Berhubungan dengan kata ataupun kalimat yang kita bahas di
sini, Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Qur'an surat Ibrahim:14 yang
artinya, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh
dan cabangnya menjulang ke langit". Dalam hal tata cara berbicara, Rasulullah juga telah mengingatkan kita, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau (kalau tidak bisa) diamlah". Sekarang sudah jelas bahwa apa-apa yang kita ucapkan merupakan cerminan siapa sebenarnya diri kita di hadapan orang lain.
Semoga kita semua bisa menjadi orang yang lebih ber_hati-hati dalam bertindak (baca: berbicara), dan juga menjadi hamba-Nya yang berbudi luhur. aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar