Rabu, 12 Februari 2014

Don't judge a book by its cover! Is it?!

Don't judge a book by its cover! Kalimat ini seringkali kita dengar dan hampir setiap orang akan setuju akan makna yang terkandung di dalamnya. Namun demikian, kita harus tetap selalu berhati-hati dalam menjaga sikap dan mengungkap makna dalam kata karena sifat dasar kita sebagai manusia adalah menghakimi orang atas apa yang kita lihat, kita dengar dan kita alami. Sadar ataupun tidak, termasuk diri saya sendiri. Astaghfirullaah.
Hal yang paling utama adalah ketika kita berbicara. Menjalankan kewajiban sebagai pembicara sekaligus pendengar adalah hal yang tidak bisa kita lalaikan. Kata yang indah yang diucapkan dengan nada, intonasi serta bahasa tubuh yang tepat, pasti akan berdampak luar biasa bagi yang mendengarkan. Sebaliknya, seindah dan sebijak apapun kalimat yang kita sampaikan, namun dengan nada dan intonasi serta ekspresi anggota tubuh yang tidak tepat, maka pasti akan berdampak negatif.
Sehebat apakah sebenarnya kata-kata yang kita ucapkan itu? Berkaitan dengan hal ini, para ahli sosiologi berkata, "Sesungguhnya kekuatan kata akan melampaui kekuatan apapun yang bisa mengantarkan pesan kepada relung jiwa manusia. Ia ibarat listrik atau tenaga nuklir". Selain itu, orang bijak juga mengatakan, "Perkataan anda adalah kekuatan terbesar yang anda miliki. Jika anda mampu memolesnya menjadi indah, mengarahkannya dengan baik, dan menempatkannya sesuai dengan posisinya, maka anda menjadi orang yang beruntung, karena meraih cinta manusia dan kepercayaan mereka hingga jalan menuju kesuksesan akan terbuka di hadapan anda".

Saudaraku, dari kalimat-kalimat di atas, jelas terlihat bahwa sebenarnya tidak salah ketika orang men-judge the book by its cover. Yang perlu kita pahami di sini adalah bahwa "cover" juga bisa berupa kata-kata yang kita dengar pertama kali ataupun sikap yang kita terima dari seseorang yang baru kita kenal. Karena sudah dapat dipastikan bahwa orang yang baik, cerdas serta bijak tidak akan berbicara dan bersikap "nyeleweng" dari yang seharusnya. Berbicara tentang orang cerdas, bukan hanya berarti mereka yang memiliki nilai akademik tinggi, namun dalam hal ini lebih kepada bagaimana ia bisa bersikap dan berkata yang tepat pada lawan bicaranya. Rasulullah SAW telah mengingatkan kita bahwa, "Aku diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan kadar akal mereka". Baiklah, sekarang sudah jelas bahwa ketika ada orang yang -kata orang- "cerdas", namun tidak dapat berbicara sesuai dengan lawan bicaranya, berarti sesungguhnya iapun belum secerdas seperti apa yang dikatakan orang.
Berhubungan dengan kata ataupun kalimat yang kita bahas di sini, Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Qur'an surat Ibrahim:14 yang artinya, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit". Dalam hal tata cara berbicara, Rasulullah juga telah mengingatkan kita, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau (kalau tidak bisa) diamlah". Sekarang sudah jelas bahwa apa-apa yang kita ucapkan merupakan cerminan siapa sebenarnya diri kita di hadapan orang lain.

Semoga kita semua bisa menjadi orang yang lebih ber_hati-hati dalam bertindak (baca: berbicara), dan juga menjadi hamba-Nya yang berbudi luhur. aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu