Rabu, 19 Februari 2014

Semoga Kita Termasuk dalam Hamba-Nya yang Sedikit, aamiin

Jika kamu menasehati seseorang untuk meninggalkan maksiat, ia akan mengatakan: "KEBANYAKAN orang melakukan itu… aku tidak sendirian".

Padahal jika kamu mengamati kata-kata "Kebanyakan Manusia" dalam Alqur'an, pasti kamu akan dapati kata-kata setelahnya: "Tidak Tahu", "Tidak Bersyukur", "Tidak Beriman".

Jika kamu mengamati kata-kata "Kebanyakan Mereka" dalam Alqur'an, pasti kamu akan dapati kata-kata setelahnya: "Pelaku Kefasikan", "Tidak Mengerti", "Berpaling", "Tidak Memahami", "Tidak Mendengar".

Maka jadilah kamu golongan minoritas, yang Allah katakan dalam firman-Nya (yang artinya):

"SEDIKIT dari hambaku yang banyak bersyukur" (Surat Saba': 13).

"Tidaklah beriman bersamanya, kecuali SEDIKIT saja" (Surat Hud: 40).

"Sungguh banyak dari orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh, tapi mereka itu SEDIKIT" (Surat Shod: 24)

======

Ibnul Qoyyim -rohimahulloh- mengatakan:

"Berjalanlah di atas kebenaran... jangan takut dengan sedikitnya orang yg menjalaninya. Dan jauhilah jalan kebatilan... jangan teperdaya dengan banyaknya orang yg binasa!".

Oleh: Ustadz Ad Dariny

Sumber: Muslim.Or.Id

Selasa, 18 Februari 2014

Berbagi Gembira 'Alhamdulillah Nambah Keponakan 1 Lagi' ^_^

Alhamdulillah, akhirnya sekarang keponakan ku udah nambah 1, perempuan.. cantik pula... dan yang lebih bikin seneng itu gara-gara nama yang aku usulin ke kk' ku dipakai buat nama keponakan ku. Jadi gini ceritanya, pas aku lagi coment-coment_nan sama kk' ku di facebook, tiba-tiba kk' ku bilang 'ayuk ngusul nama buat calon keponakan'.. terus aku bilang aja, kalo perempuan ditambahin "Hisan" ya k'..? eh, terus kk' ku yg satunya lagi (adeknya kk' ku yg mau ngelahirin) tiba-tiba nulis, tambahin "Zakiya".. jadinya "Hisan Zakiya".
Nah, habis itu aku jadi tambah inget sama nama yang dulu aku pernah denger dari temen ku. Terus aku bilang aja lagi, 'kalo depannya ditambahin "Sayla" kayaknya cocok deh k'.. :)
Tapi parahnya aku malah lupa kalo aku tuh ga tau apa itu artinya "Sayla", terus aku nanya ke temen yang dulu pernah nyebutin nama itu ke aku. Eh.. ternyata dia-nya juga ga tau. Wuih, dah bingung banget pas itu. Sampe-sampe aku nanya-nanya sama kk' kelas dari ma'had al-mukmin juga ga tau.
Beruntungnya, setelah beberapa hari aku ga nge-jawab pertanyaan dari kk' ku, ternyata kk' ku dah tau artinya. Mungkin nyari-nyari di kamus or nanya ke temennya. Ga tau juga, yang penting dah tau arti namanya. hehe
Wal akhir.. yang bikin aku terkejut + seneng banget, soalnya nama-nama yang tadi itu dipake semua, padahal pas lahiran sampai 3 hari setelahnya aku ga tau dan ga dikabarin kalo keponakan ku udah lahir. Terus pas aku nanya 'namanya siapa k'?' Eh, kk' ku nulis gini.. Om.. namaku Sayla Hisan Zakiya.. Berasa kayak ga percaya + ga pernah nyangka kalo nama itu bakalan jadi nama keponakan ku. Semoga saja keponakan ku ini tumbuh besar menjadi wanita Sholehah, dan menjadi seperti apa yang orang tuanya (kk' ku) harapkan. aamiin
Ini dia fotonya.. Sayla Hisan Zakiya, 15 Februari 2014.

TTM (Ta’aruf Tapi Mesra)

Inilah yang sering dilakukan oleh aktifis dakwah yang hatinya tidak bertameng keimanan. Jikalau ia bertameng, perisai tersebut memiliki gagang pegangan yang rapuh. Awal niatan berharap wajah Allah, rahmat dan naungan-Nya, akan tetapi terpaan badai godaan asmara terlarang bak gelombang yang datang bertubi-tubi, mengikis pingiran pantai keimanan perlahan-lahan. Padahal pinggiran pantai sudah terlindungi ilmu selebat hutan mangrove.
Bagaimana terpaan badai godaan asmara yang dasyhat itu?
Saling berhubungan langsung dengan HP,e-mail, inbox FB dan jejaring sosial. Awalnya sangat saling menjaga diri, menggunakan kata-kata yang sopan, serius dan to the point. Akan tetapi siapa yang tahu setan menyelinap berkelit-kelit dalam sinyal HP, menerobos paksa password e-mail dan bersembunyi di inbox FB. Bersamaan dengan berlalunya waktu yang tidak sebentar, maka kata-kata dan kalimat yang bertukaran antarkeduanya bermetamorphosis, metamorphosisnya sepasang kupu-kupu siap berkawin. Muncullah kalimat yang belum layak mencapai waktu prosanya,
“wahai calon ibu dari anakku, semenjak kita mulai ta’aruf saya jadi lebih bersemangat menjalani hari, apalagi jika kita menikah nanti, K.A.N.G.E.N ^^”
“Daku tak menyangka pangeran berjanggut tipis itu adalah engkau, maju ta’aruf dengan gagah berani, kegelisahan rindu ini memang harus berujung dibelaian kedua tanganmu dalam dekapan, segera, segera dan segera majulah wahai mujahidku”
Yang parahnya adalah bertemu langsung dengan mudahnya dan sudah tidak ada lagi yang membedakan mereka berdua dengan apa yang kita temui di jalan-jalan, di pasar, di mall dan di pusat keramaian manusia. Tidak ada bedanya dengan mereka yang menggenjot pedal gas hawa cinta menerobos peringatan merah di jalan keramaian syariat. Mereka yang sudah diperingati dalam hadits Rasulullah shallahu alaihi wa sallam seolah-olah menghalalkannya di jalan-jalan.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Abu Malik al Asy’ari bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan [menganggap halal] perzinahan, sutera, minuman keras, dan musik-musik.” [HR. Bukhari]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallah ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
” وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا تَفْنَى هَذِهِ الْأُمَّةُ حَتَّى يَقُومَ الرَّجُلُ إِلَى الْمَرْأَةِ فَيَفْتَرِشُهَا فِي الطَّرِيقِ، فَيَكُونُ خِيَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ مَنْ يَقُولُ: لَوْ وَارَيْتَهَا وَرَاءَ هَذَا الْحَائِطِ» .
“Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (ingin bercumbu dan berzina) dan di antara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata, “alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini di balik dinding ini.” (HR. Abu Ya’la no. 12746, Al-Haitsami berkata, “perawi-perawinya shahih.” , lihat Majmu’ Zawaid 7/331, Maktabah Al-Qudsi, Koiro, 1414 H, Asy-Syamilah]
Diriwayatkan dari al-Nawwas radhiallah ‘anhu,
وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ
“Dan ingatlah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti keledai. Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang.” [HR. Muslim]
Sebaiknya mengunakan perantara comlang yang sudah bersuami-istri sehingga tidak ada celah untuk setan berkelit. Karena sekuat-kuat iman seseorang ia belum tentu mampu menahan gejolak cinta. Inilah yang pepatah yang populer di zaman kakek-buyut kita “Sedikit-dikit lama-lama menjadi bukit”. Ya, itulah cara setan menggiring manusia secara perlahan. Akan tetapi pembawa syariat shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih cerdas dibandingkan setan. Cara ini tidak berlaku jika selalu menggenggam kaidah beragama,
سد الذرائع
“Menutup jalan menuju keburukan”
Yaitu Jangan sampai ada hubungan yang tidak perlu jika belum waktunya, jika hubungan itu sangat perlu dalam ta’aruf demi mengenal, maka gunakanlah perantara comblang.

@Markaz YPIA, Wisma Darut Tauhid, Pogung Kidul, Yogyakarta Tercinta
Penyusun:  Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com

Minggu, 16 Februari 2014

Diantara Nasehat Ali bin Hasan As Sulami

Abu Nu'aim meriwayatkan dalam kitab Hilyatul Aulia (7/82-85) Dari jalan Sufyan Ats Tsauri rahimahullah bahwa Ali bin Al Hasan As Sulami berwasiat:

"Hendaklah kamu jujur di setiap keadaan..

Jauhilah dusta, khianat dan jangan bermajelis dengan pelakunya..
Karena itu semua adalah dosa..

Jauhilah oleh kamu Riya dalam perkataan dan perbuatan..
Karena ia adalah kesyirikan..

Jauhilah rasa ujub..
Karena amal shalih yang disertai ujub tidak akan diangkat..

Ambillah agamamu dari orang yang memperhatikan agamanya..
Karena perumpamaannya seperti tabib yang tidak mampu mengobati dirinya..
Bagaimana ia akan mampu mengobati manusia..

Saudaraku..
Agamamu adalah darah dan dagingmu..
Tangisilah dosa-dosa dirimu dan sayangilah ia..

Bila kamu tidak menangisi dirimu..
Kamu tidak akan disayangi olehNya..
Ambillah teman yang membuatmu zuhud dalam kehidupan dunia..
Dan memberimu motivasi kepada akhirat..

Jauhilah olehmu ahli dunia yang pembicaraannya sebatas dunia..
Karena mereka akan merusak agama dan hatimu..

Mintalah keselamatan kepada Allah untuk umurmu yang tersisa..

Saudaraku..
Hendaklah kamu memperhatikan adab dan akhlak yang baik..
Jangan selisihi al jama'ah (Rasulullah dan shahabatnya)..
Karena kebaikan ada padanya..

Oleh: Ustadz Badrusalam

Sabtu, 15 Februari 2014

Perkataan Para Petinggi Jamaah Tablig Dari Negeri Tempat Asalnya Kelompok Jamaah ini Berasal



Beberapa mantan JT dan Para Ulama lainnya yang telah memahami dengan benar tentang JT ini mereka semua telah sepakat atas sesatnya JT ini. berikut kita ikuti penjelasan beliau-beliau semoga kita dikaruniakan kefahaman yang benar oleh Allah Subhanawataala agar bisa mensikapi dengan benar :

1. Telah berkata Asy Syaikh Sardar Muhammad Al-Bakistabu Rohimahullah :

” inilah pengalamanku selama 10 (sepuluh) tahun, saya bersama JT …. sungguh JT dan ulamanya, mereka taklid buta terhadap Abu Hanifah dan berlebihan terhadapnya, bahwa semua yang keluar dari Ulamanya JT selalu dibawa (ditafsirkan) kepada kebaikan walaupun sudah jelas bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sementara semua ucapan setiap orang yang bukan dari JT maka ucapan itu dianggap kedustaan dan mengada-ada.

JT telah membedakan antara dunia dengan agama (sekuler) JT men-imani 4 thoriqoh Sufi yaitu Al-Jistiyah,An-Naqsabandiyah,Al-Qodiriyah dan As-Sahrowardiyah.

Orang JT meyakini bahwa seseorang yang meninggal dunia belum berbaiat kepada salah satu Thoriqoh ini maka matinya mati jahiliyah.

Orang – orang JT lebih mencintau Syaikh-syaikh mereka diatas kecintaanya kepada Rasululloh dan lebih takut kepada murka syaikh mereka daripada kemurkaan Alloh dan Rosul-Nya.

Orang JT meyakini bahwa aqidah yang dibawa Rosululloh adalah kesyirikan sedangkan aqidah yang ada pada syaikh-syaikh ad-duyubandiyah dari JT itulah keimanan dan Islam. syariat itu ada dua, ada yang dari Rasululloh dan ada yang datang dari syaikhnya JT”.

2. Asy-Syaikh Abdurrohim Syah Ad-Duyubandi.

Beliau telah melalui waktu yang sangat panjang bersama pendiri JT yaitu Muhammad Ilyas dan Putra Muhammad Ilyas yaitu Muhammad Yusuf, beliau berkata :

” Sesungguhnya tentang keadaan JT ini harus kita sampaikan kepada ummat karena sesungguhnya mereka itu adalah pada dai yang belum sampai kepada derajat dai, mereka memulai kegiatannya dengan latihan berbicara didepan muslimin.. padahal kita dapati manusia tidak berani berbicara masalah kedokteran jika mereka belum menguasai ilmunya, tetapi JT ini sangat menganggap enteng/remeh dalam urusan agama walaupun belum mengerti apa-apa, kenapa mereka (orang-orang JT) begitu beraninya ? karena keyakinan mereka ,barang siapa yang khuruj dua kali atau tiga kali jangan ditanya lagi tentang ketinggian derajat mereka, para ulam di hadapan mereka tidak ada apa-apanya.”

3. Asy – Syaikh Ihtisyamul Hasan Al-Kandahlawi Ad-Duyubandi

Beliau adalah suami saudarinya Muhammad Ilyas (Ipar). beliau bukan hanya mantan Amir JT, tetapi sudah menjadi kholifahnya JT pada kurun waktu pertama. beliau, dalam waktu yang lama memimpin JT bersama Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi, beliau berkata :

“Sesungguhnya dakwah yang muncul dari Markas Nizhomuddin Dahli bukanlah dakwah Ilmu dan Fiqih yang mencocoki al-kitab dan as-sunnah…. maka bagi seluruh masyaikh yang telah menegakan dakwah dan tabligh agar mencocoki Thoriqohnya Salafush Sholeh dan ulama yang benar.”

4. Asy-Syaikh Saifurrohman bin Ahmad Ad-Dahlawi

beliau berkata :

“Sungguh benar orang yang mengatakan bahwa Yahudinya Ummat Islam adalah Syi’ah sedangkan Yahudinya Ahlusunnah adalah orang yang taklid kepada Hanafi seperti JT, yang mereka menjadi penolong-penolong kejahilan dan taklid, mereka adalah penyembah-penyembah tokoh – tokoh mereka dan mereka menganggungkan tokoh-tokoh mereka, mereka telah menyuburkan kebid’ahan didalam muslimin, mereka mewajibkan kepada muslimin perkara yang tidak diwajibkan oleh Alloh subhanawataala mereka telah membuat syariat dengan suatu syariat yang tidak disyariatkan oleh Alloh subhanawataala dan rosulnyaNya .

Rosululloh subhanawataala telah bersabda : “Barangsiapa mencintai ahli Bid’ah sungguh dia telah menolong menghancurkan Islam.”

Beliau juga bersabda : ” Artinya Sesungguhnya Alloh subhanawataala menahan taubat bagi ahli Bid’ah (shohih al-jamiush Shoghir)

Termasuk prinsipnya JT adalah menolah semua nash dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjelaskan wajibnya mengingkari thoghut dan perintah untuk melarang dari kemungkaran dengan penolakan yang pasti.”

4. Asy-Syaikh Taqiyyuddin Al-Hilaly Rohimahullah

Beliau mempersaksikan JT dengan mengatakan :

” Telah muncul pada abad ke 14 ini dinegeri – negeri Muslimin, mulai dari timur samapi barat, gerakan dakwah yang pelakunya menampakkan keikhlasan,sabar,sanggup menahan beban didalam berdakwah. mereka kerahkan seluruha jiwa dan raganya demi pelaksanaan dakwah, yaitu dakwahnya suatu kaum yang menamakan dirinya ahli tabglih (Jama’ah Tabligh). mereka meletakkan 6 rukun sebagai dasar dakwah mereka (gerakan dakwah mereka disebut Khuruj). Khuruj bagi JT merupakan pondasi dasar dakwa mereka (artinya JT tidaka akan berkembang tanpa khuruj, pent). kedudukan khuruj ini seperti 2 kalimat syahadat di kalangan ahli istiqomah.

Barang siapa yang mau menerima dan menyibukkan diri dengan khuruj, mereka akan dicintai dan dimulaikan dan dimintakan ampun (oleh orang-oran JT). sedangkan kesesatan dan bid’ah dalah bagi siapa saja yang tidak mau khuruj dengan JT walaupun orang tersebut telah melaksanakan seluruj kewajiban, fardhu-fardhu dan sunnah-sunnah. dengan khuruj ini, ukuran orang-orang JT mencintai dan membenci (memusuhi).

Sungguh dakwah JT ini telah menimbukan bahaya besar dikalangan muslimin, baik bahaya dunia maupun akhirat, diantaranya yaitu :
1. berbagai bid’ah dan perselisihan terhadap sunnah Nabi.
2. melalaikan kewajiban terhadap keluarga , kedua orang tua, dan Istri-istri mereka dengan tidak menunaikan hak-hak mereka.
3. telah memalingkan para penuntut ilmu yang bermanfaat , baik ilmu dunia maupun agama (karena selalu diajak Khuruj,pent)
4. terbengkalainya pekerjaan (karena selalu khuruj).
5. berapa banyak terjadinya pertengkaran dan perpisahan antara orang tua dengan anaknya, antara suami dengan istri-istri.

Hanya kepada Allah subhanawataala kami mengeluhkan,kemudian manusia atas bahaya kerusakan dan penyesatan besar yang ditimbulkan dari gerakan dakwahnya JT ini,

Maka Wajib hukumnya bagi muslimin yang sedikit memiliki ilmu untuk mengurangi kerusakan dan kejelekan yang diakibatkan gerakan dakwah JT ini dengan cara menjelaskan kepada muslimin kesesatan dan penyesatan JT sabagai pengamalan Firman Allah Subhanawataala : “

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَآ أَنزَلْنَا مِنَ ٱلْبَيِّنٰتِ وَٱلْهُدَىٰ مِنۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى ٱلْكِتٰبِ ۙ أُو۟لٰٓئِكَ يَلْعَنُهُمُ ٱللَّـهُ وَيَلْعَنُهُمُ ٱللّٰعِنُونَ ﴿البقرة:١٥٩

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati,
Dikutip dari kitab : Jama’ah Tabligh (menurut mantan pengikutnya) penyusun : Abu Ummah Abdurrohim bin Abdulqohhar Al-Atsary

Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh tentang penyimpangan Jamaah Tablig ini bisa melihat di website ini, disana ada kisah-kisah khuruj mereka yang aneh-aneh

sumber : http://mengenal-tabligh.blogspot.com/2011/12/perkataan-mantan-jamaah-tabligh.html

Rabu, 12 Februari 2014

DAKWAH

Kehidupan bagaikan roda
Beribu zaman terus berputar
Namun satu tak akan pudar
Cahaya Allah tetap membahana

Majulah sahabat mulia
Berpisah bukan akhir segalanya
Lepas jiwa terbang mengangkasa
Cita kita tetap satu jua
Cita kita tetap satu jua

Walau raga meregang nyawa
Harta dunia tiada tersisa
Namun jiwa tetaplah satria
Takkan surut satu langkah jua

Debu - debu dan darah suci
Saksi nan tak terbantahkan lagi
Gunung lembah hutan dan samudra
Untuk Allah diatas segalanya

Tujuh awan bersuka ria
Sambut ruh suci menuju Rabbnya
Sahabat nantikan hadir kami
Kan menyusulmu sekejap lagi

Bidadari nan bermata jeli
Menyongsong dengan wajah berseri
Sahabat kami rela kau pergi
Jihad kita kan terus bersemi
Jalan ini takkan pernah henti
*Untukmu Syuhada

Bahaya FLUORIDE dan ASPARTAME

Berhati-hatilah dalam memilih perlengkapan mandi, makanan maupun minuman, serta obat-obatan.

Untuk Kalian Para Penuntut Ilmu

“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air.
Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.”

Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80 al-Mawaarid), lafazh ini milik Ahmad, dari Shahabat Abu Darda’ radhiyallaahu‘anhu.

Kisah Menakjubkan Tentang Sabar dan Syukur Kepada Allah

Oleh Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja, Lc.

Bagi orang yang sering mengamati isnad hadits maka nama Abu Qilabah bukanlah satu nama yang asing karena sering sekali ia disebutkan dalam isnad-isnad hadits, terutama karena ia adalah seorang perawi yang meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik yang merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Oleh karena itu nama Abu Qilabah sering berulang-ulang seiring dengan sering diulangnya nama Anas bin Malik. Ibnu Hibban dalam kitabnya Ats-Tsiqoot menyebutkan kisah yang ajaib dan menakjubkan tentangnya yang menunjukan akan kuatnya keimanannya kepada Allah.
Nama beliau adalah Abdullah bin Zaid Al-Jarmi salah seorang dari para ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari Al-Bashroh. Beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin Al-Huwairits –radhiallahu ‘anhuma- . Beliau wafat di negeri Syam pada tahun 104 Hijriah pada masa kekuasaan Yazid bin Abdilmalik.

Abdullah bin Muhammad berkata, “Aku keluar menuju tepi pantai dalam rangka untuk mengawasi (menjaga) kawasan pantai (dari kedatangan musuh)…tatkala aku tiba di tepi pantai tiba-tiba aku telah berada di sebuah dataran lapang di suatu tempat (di tepi pantai) dan di dataran tersebut terdapat sebuah kemah yang di dalamnya terdapat seseorang yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya, dan pendengarannya telah lemah serta matanya telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnyapun yang bermanfaat baginya kecuali lisannya, orang itu berkata, “Ya Allah, tunjukilah aku agar aku bisa memujiMu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugrahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku diatas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan”

Abdullah bin Muhammad berkata, “Demi Allah aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini, apakah ia faham dan tahu dengan apa yang diucapkannya itu?, ataukah ucapannya itu merupakan ilham yang diberikan kepadanya??.

Maka akupun mendatanginya lalu aku mengucapkan salam kepadanya, lalu kukatakan kepadanya, “Aku mendengar engkau berkata “Ya Allah, tunjukilah aku agar aku bisa memujiMu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugrahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku diatas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan”, maka nikmat manakah yang telah Allah anugrahkan kepadamu sehingga engkau memuji Allah atas nikmat tersebut??, dan kelebihan apakah yang telah Allah anugrahkan kepadamu hingga engkau menysukurinya??”

Orang itu berkata, “Tidakkah engkau melihat apa yang telah dilakukan oleh Robku kepadaku?, demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku hingga membakar tubuhku atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku hingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah hal itu kecuali semakin membuat aku bersyukur kepadaNya karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidah (lisan)ku ini. Namun, wahai hamba Allah, engkau telah mendatangiku maka aku perlu bantuanmu, engkau telah melihat kondisiku. Aku tidak mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang putra yang selalu melayaniku, di saat tiba waktu sholat ia mewudhukan aku, jika aku lapar maka ia menyuapiku, jika aku haus maka ia memberikan aku minum, namun sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya maka tolonglah engkau mencari kabar tentangya –semoga Allah merahmati engkau-”.

Aku berkata, “Demi Allah tidaklah seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya yang ia memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah, lantas pahalanya lebih besar dari seseorang yang berjalan untuk menunaikan keperluan dan kebutuhan orang yang seperti engkau”.

Maka akupun berjalan mencari putra orang tersebut hingga tidak jauh dari situ aku sampai di suatu gudukan pasir, tiba-tiba aku mendapati putra orang tersebut telah diterkam dan di makan oleh binatang buas, akupun mengucapkan inna lillah wa inna ilaihi roji’uun. Aku berkata, “Bagaimana aku mengabarkan hal ini kepada orang tersebut??”.

Dan tatkala aku tengah kembali menuju orang tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalam. Tatkala aku menemui orang tersbut maka akupun mengucapkan salam kepadanya lalu ia menjawab salamku dan berkata, “Bukankah engkau adalah orang yang tadi menemuiku?”, aku berkata, “Benar”. Ia berkata, “Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk membantuku?”.
Akupun berkata kepadanya, “Engkau lebih mulia di sisi Allah ataukah Nabi Ayyub ‘alaihissalam?”, ia berkata, “Tentu Nabi Ayyub ‘alaihissalam “, aku berkata, “Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Ayyub?, bukankah Allah telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?”, orang itu berkata, “Tentu aku tahu”. Aku berkata, “Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?”, ia berkata, “Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah”. Aku berkata, “Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya”, ia berkata, “Benar”. Aku berkata, “Bagaimanakah sikapnya?”, ia berkata, “Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah”. Aku berkata, “Tidak hanya itu, Allah menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau akan hal itu?”, ia berkata, “Iya”, aku berkata, “Bagaimanakah sikap nabi Ayyub?”, ia berkata, “Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah, lagsung saja jelaskan maksudmu –semoga Allah merahmatimu-!!”.

Aku berkata, “Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau”. Orang itu berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepadaNya lalu Ia menyiksanya dengan api neraka”, kemudian ia berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi roji’uun”, lalu ia menarik nafas yang panjang lalu meninggal dunia.  Aku berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi roji’uun”, besar musibahku, orang seperti ini jika aku biarkan begitu saja maka akan dimakan oleh binatang buas, dan jika aku hanya duduk maka aku tidak bisa melakukan apa-apa[1]. Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis. Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku “Wahai Abdullah, ada apa denganmu?, apa yang telah terjadi?”.

Maka akupun menceritakan kepada mereka apa yang telah aku alami. Lalu  mereka berkata, “Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!”, maka akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata, “Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah, demi Allah tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur!!”.

Aku bertanya kepada mereka, “Siapakah orang ini –semoga Allah merahmati kalian-?”, mereka berkata, Abu Qilabah Al-Jarmi sahabat Ibnu ‘Abbas, ia sangat cinta kepada Allah dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu kamipun memandikannya dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami menyolatinya dan menguburkannya, lalu merekapun berpaling dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di kawasan perbatasan. Tatkala tiba malam hari akupun tidur dan aku melihat di dalam mimpi ia berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah

سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

Keselamatan bagi kalian (dengan masuk ke dalam surga) karena kesabaran kalian, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. 13:24)

Lalu aku berkata kepadanya, “Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?”, ia berkata, “Benar”, aku berkata, “Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua”, ia berkata, “Sesungguhnya Allah menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa dengan bencana, dan rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang dan tentram bersama dengan rasa takut kepada Allah baik dalam keadaan bersendirian maupun dalam kaeadaan di depan khalayak ramai
———————
[1] Hal ini karena biasanya daerah perbatasan jauh dari keramaian manusia, dan kemungkinan Abdullah tidak membawa peralatan untuk menguburkan orang tersebut, sehingga jika ia hendak pergi mencari alat untuk menguburkan orang tersebut maka bisa saja datang binatang buas memakannya, Wallahu a’lam

Sumber: http://abumushlih.com/kisah-menakjubkan-tentang-sabar-dan-syukur-kepada-allah.html/

MENYINGKAP RAHASIA Di Balik Fadhilah “AL-HAWQOLAH”

Di antara kalimat-kalimat dzikir yang memiliki keutamaan dan hakikat makna yang agung dalam syari’at Islam adalah “al-Hawqolah” yaitu kalimat;

لاَ حَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ باِللهِ 

Laa Haula walaa Quwwata illaa Billaah, yang secara bahasa berarti; “Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan daya dan kekuatan (pertolongan) dari Allah”.
Keutamaan kalimat tersebut termaktub dalam nash-nash yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para Sahabatnya. Di antaranya adalah riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda kepada sahabatnya:

ألاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ هِيَ كَنْزٌ مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ؟ لاَ حَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ باِللهِ 

“Tidakkah engkau ingin aku tunjukkan satu kalimat, yang ia merupakan harta dari harta karun surgawi? (dialah kalimat) ‘Laa haula walaa quwwata illaa billaah’”. [Shahih Bukhari: 4205, 6384, Shahih Muslim: 2704] 
Di antaranya juga adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda:

مَا عَلَى الأَرْضِ رَجُلٌ يَقُــوْلُ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ أكْبَرُ وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَـمْدُ لِلّـهِ وَلاَ حَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ باِللهِ، إلاَّ كُفِّرَتْ عَنْهُ ذُنُوْبُهُ وَلَوْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبْدِ الْبَحْرِ 

“Tidaklah ada seseorang di atas bumi yang mengucapkan; (yang artinya: Tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan Allah Mahabesar, Mahasuci Allah, segala pujian bagi Allah, dan tiada daya kekuatan melainkan dengan daya kekuatan Allah), kecuali pasti Allah akan menghapus dosa-dosanya sekalipun dosa tersebut lebih banyak dari buih di lautan”. [HR. Tirmidzi dan al-Hakim, Shahiihul Jaami’: 5636]
Diriwayatkan bahwasanya ‘Utsman bin ‘Affan pernah ditanya tentang tafsiran “al-Baaqiyaatus Shoolihaat” (amal-amal shalih yang kekal) dalam firman Allah (QS. al-Kahfi: 46):

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا 

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, akan tetapi amalan-amalan shalih yang kekal, adalah lebih baik ganjarannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Maka ‘Utsman bin ‘Affan menjawab: “Dia (al-Baqiyaatus Shoolihat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kalimat); Laa ilaaha illallaah wa subhaanallaahi walhamdulillaahi wallaahuakbaru laa haula walaa quwwata illaa billaahi.” [al-Musnad: 1/71, dinukil dari Fiqhul Ad’iyati wal Adzkaar: 1/276]
Dalam riwayat yang dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi, disebutkan bahwa kalimat “Laa haula walaa quwwata illaa billaahi” merupakan harta karun yang terletak di bawah ‘Arsy. Dalam riwayat yang lain (al-Musnad: 5/418, Shahih Ibn Hibban no. 821) disebutkan bahwa kalimat tersebut merupakan tanaman-tanaman di surga. [dinukil dari Fiqhul Ad’iyati wal Adzkaar: 1/278]
Dalam salah satu hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memerintahkan untuk memperbanyak ucapan “Laa haula walaa quwwata illaa billaahi” (Silsilah ash-Shahihah: 2528], dan ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan kalimat tersebut. Sehingga wajib bagi kita untuk mempelajari kandungan maknanya sekaligus mengamalkannya dengan benar.
Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin al-Badr hafizhahullaah mengatakan: “Merupakan kelaziman bagi setiap muslim (dalam berdzikir kepada Allah) untuk memahami maksud dan makna kalimat ini, agar dzikirnya kepada Allah berdiri di atas dasar ilmu dan pemahaman tentang maksud kalimat dzikir yang diucapkannya. Adapun jika seorang muslim sekedar mengulang-ngulang bacaan yang tidak dipahami maknanya, atau lafaz yang tidak diketahui maksudnya, maka ini tidak akan berbekas di hati dan faidah yang diperoleh pun lemah.
Oleh karena itu, setiap muslim harus mengilmui (makna) kalimat ini (demikian juga dengan kalimat dzikir lain yang diucapkannya), karena dengan itu, dzikir akan memberikan buahnya, faidahnya akan terwujud, yang berdzikir pun akan meraih faidahnya.” [Fiqhul Ad’iyah wal Adzkaar:1/ 280]

HAKIKAT MAKNA AL-HAWQOLAH
Kalimat al-Hawqolah, sebagaimana dikatakan oleh para ulama, mengandung konsekuensi makna; “isti’aanah (memohon pertolongan) hanya kepada Allah.” Karena kalimat ini berisi ikrar hamba, bahwasanya ia sedikitpun tidak memiliki daya dan kemampuan untuk meraih apa yang diinginkan dan menghindar dari apa yang dibencinya, kecuali dengan daya dan kekuatan (pertolongan) dari al-Maula, yaitu Allah semata.
Sungguh para Salaf begitu mendalam pemahamannya tentang rahasia makna kalimat ini. Renungkanlah bagaimana Ibnu
‘Abbas radhiallahu’anhu menafsirkan makna al-Hawqolah (Laa hawla walaa quwwata illaa billaah) dengan ucapannya:

لاَ حَوْلَ بِنَا عَلَى الْعَمَلِ بِالطَّـاعَةِ إلاَّ بِاللهِ، وَلاَ قُوَّةَ لَنَا عَلَى تَرْكِ الْمَعْصِيَةِ إلاَّ بِاللهِ 

“Tidak ada kemampuan bagi kami dalam melakukan amalan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah, dan tidak ada kekuatan bagi kami untuk meninggalkan maksiat kecuali dengan pertolongan dari Allah (pula).”
Demikian pula Zuhair bin Muhammad pernah ditanya tentang makna “Laa hawla walaa quwwata illaa billaah”, lalu beliau menjawab:

لاَ تَأْخُذُ مَا تُحِبُّ إِلاِّ بِاللهِ، وَلاَ تَمْتَنِعُ مِمَّا تَكْرَهُ إِلاَّ بِعَوْنِ اللهِ 

“Engkau tidak akan mampu meraih apa-apa yang engkau sukai kecuali dengan pertolongan Allah, dan engkau tidak akan mampu menghindar dari apa-apa yang engkau benci kecuali dengan pertolongan Allah pula.”
Kedua tafsiran tersebut diriwayatkan oleh as-Suyuthi dalam ad-Durul Mantsuur: 5/393-394 [dinukil dari Fiqhul Ad’iyah wal Adzkaar: 1/282]
Oleh sebab itu, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullaah mengatakan dalam kitabnya Madaarijus Saalikiin (1/78): “Tidak diragukan lagi bahwasanya do’a yang paling bermanfaat dan paling utama bagi hamba adalah do’a agar ia mendapatkan pertolongan dari Allah demi meraih keridhaan-Nya dan taufik dalam mentaati-Nya. Inilah yang diajarkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada Mu’adz bin Jabal karena kecintaannya kepada Mu’adz:

يَا مُعَاذُ، وَاللهِ إِنِي لأُحِبُّكَ، فَلاَ تَنْسَ أَنْ تَقُـوْلَ دُبُرَ كُلِّ صَـلاَةٍ: اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ 

“Wahai Mu’adz, Demi Allah aku mencintaimu, maka dari itu jangan engkau lupa untuk membaca dipenghujung sholat (setelah tahiyyat, sebelum salam -red) do’a (yang artinya): ‘Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir kepada-Mu, dalam mensyukuri-Mu, dan dalam memperbaiki ibadahku kepada-Mu.” [Hadits Shahih, lihat pula Shahiih Targhiib wat Tarhiib no. 1596, asy-Syaamilah -red]

ANTARA “AL-HAWQOLAH” DAN “AL-FATIHAH”
Para ulama mengatakan: Sebagaimana kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallaah” tidak akan ada faidahnya kecuali dengan mengikhlaskan segenap ibadah hanya bagi Allah semata, maka demikian pula kalimat al-Hawqolah “Laa hawla walaa quwwata illaa billaah” tidak akan berarti apa-apa kecuali dengan mengikhlaskan isti’anah (permohonan pertolongan) hanya kepada Allah semata. Sungguh Allah telah menghimpun “rahasia” kedua makna tersebut pada satu ayat dalam Surat al-Qur-aan yang paling agung, al-Fatihah:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ 

“Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”
Kalimat pertama (إيَّاكَ نَعْبُدُ) menyiratkan ikrar perlepasan diri hamba dari kesyirikan, dan kalimat kedua (وإياك نستعين) mengandung ikrar ketidakmampuan dan ketidakberdayaan hamba dalam mewujudkan segala hal yang diinginkannya kecuali dengan pertolongan Allah semata.
Tidak heran jika Ibnul Qayyim menukil ucapan gurunya (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah): “Aku meneliti dan merenungkan (kandungan) do’a yang paling bermanfaat (bagi hamba), maka aku menemukannya pada do’a yang mengandung permintaan tolong hamba kepada Allah untuk meraih keridhaan-Nya, dan aku melihat (kandungan do’a tersebut) ada di al-Fatihah (إياك نعبد وإياك نستعين)...” [Madaarijus Saalikiin: 1/78, dinukil dari Fiqhul Ad’iyah wal Adzkaar: 1/284]

ANTARA “AL-HAWQOLAH” DAN “TAWAKKAL”
Kalimat “Laa haula walaa quwwata illaa billaahi” juga mengandung konsekuensi tawakkal hanya kepada Allah. Yang demikian ini, sebagaimana diterangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dikarenakan segala perkara bergantung pada masyii-atillaah (kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya. Betapapun seorang hamba berjuang dalam ikhtiarnya meraih hasrat dan impian, keputusan akhir tetap ada di tangan Allah, karena hanya Dia yang memiliki kemampuan dan kekuatan. Seorang hamba hanya wajib ber-ikhtiar, sedang kepastian setiap perkara ada dalam genggaman-Nya, maka harapan hanya pantas ditujukan kepada Allah saja, dan itu mutlak membutuhkan tawakkal.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menukil sebuah atsar yang indah dan sarat makna, ketika menjelaskan hakikat ini:

مَنْ سَرَّهُ أنْ يَكُوْنَ أَقْوَى النَّاسِ فَلْيَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ، وَمَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكُوْنَ أَغْنَى النَّاسِ فَلْيَكُنْ بِمَا فِيْ يَدِ اللهِ أَوْثَقُ مِنْهُ بِمَا فِيْ يَدِهِ 

“Barangsiapa senang menjadi manusia yang paling kuat, maka hendaklah ia bertawakkal kepada Allah. Dan barangsiapa yang senang menjadi manusia yang paling kaya, maka hendaklah apa-apa yang ada di tangan Allah lebih pasti baginya dibandingkan dengan apa-apa yang telah ada dalam genggaman tangannya (sekalipun).”  [Majmu’ Fatawa: 13/321-322, dinukil dari Fiqhul Ad’iyah wal Adzkaar: 1/283]
Demikianlah rahasia di balik keagungan al-Hawqolah. Tentunya setelah memahami makna kalimat ini, kita bisa mengamalkannya dalam do’a dengan hati yang lebih khusyu’, penuh harapan dan rasa ketundukan pada Allah ‘azza wa jalla, terutama pada 2 kondisi yang telah dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
Petama; saat memohon pertolongan Allah. dan kedua; ketika bertawakkal, menanti keputusan Allah setelah melakukan ikhtiar.
***
Disusun oleh Redaksi al-Hujjah (semoga Allah mengampuni dan meninggikan derajatnya) 
Muroja’ah oleh: Ust. Fakhruddin Abdurrahman, Lc. 
Sumber Bacaan Utama:
Fiqhul Ad’iyah wal Adzkaar (1/275-284)
Karya Tulis:  Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin al-Badr
alhujjah.com

Tips agar menjadi orang yang bersyukur

1. Berterima kasih kepada manusia
Salah cara untuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan berterima kasih kepada manusia yang menjadi perantara sampainya nikmat Allah kepada kita. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:لا يشكر الله من لا يشكر الناسOrang yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah”
(HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”)
Itu juga berarti, jika seseorang tidak bisa berterimakasih pada hal-hal yang kecil, ia juga tidak akan bisa berterimakasih (mensyukuri) hal-hal yang besar.
Oleh karena itu, mengucapkan terima kasih adalah akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:من صنع إليه معروف فقال لفاعله: جزاك الله خيرا فقد أبلغ في الثناءBarangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan: ‘Jazaakallahu khayr’ (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya” (HR. Tirmidzi no.2167, ia berkata: “Hadits ini hasan jayyid gharib”)

2. Merenungkan nikmat-nikmat Allah
Dalam Al Qur’an sering kali Allah menggugah hati manusia bahwa banyak sekali nikmat yang Ia limpahkan sejak kita datang ke dunia ini, agar kita sadar dan bersyukur kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)

3. Qana’ah
Senantiasa merasa cukup atas nikmat yang ada pada diri kita membuat kita selalu bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, orang yang senantiasa merasa tidak puas, merasa kekurangan, ia merasa Allah tidak pernah memberi kenikmatan kepadanya sedikitpun. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:كن ورعا تكن أعبد الناس ، و كن قنعا تكن أشكر الناس“Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur” (HR. Ibnu Majah no. 4357, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)

4. Sujud Syukur
Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur ketika mendapat kenikmatan yang begitu besar adalah dengan melakukan sujud syukur.عن أبي بكرة نفيع بن الحارث رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛ شاكرا لله [أبو داود]“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang menggemberikan beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah” (HR. Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al Albani dalam Irwa Al Ghalil)

5. Berdzikir
Berdzikir dan memuji Allah adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Ada beberapa dzikir tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah khusus mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:«من قال حين يصبح: اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك فمنك وحدك لا شريك لك، فلك الحمد ولك الشكر. فقد أدى شكر يومه، ومن قال ذلك حين يمسي فقد أدى شكر ليلته» [أبو داود]“Barangsiapa pada pagi hari berdzikir: Allahumma ashbaha bii min ni’matin au biahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu wa lakasy syukru.”(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang Engkau berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh nikmat itu hanya dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untuk-Mu)Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa syukur.” (HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Arnauth dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin)

“Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah” (HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”)

*Sumber: Buletin At-Tauhid

Berbuat Baik

 عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ: فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ  ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَة
[رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف]


Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau meriwayatkan dari Tuhannya, Tabaaraka wa ta’aala. Firman-Nya: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia menjelaskannya. Maka barangsiapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sungguh Maha Mulia Allah, Dia memberikan pahala walaupun hanya sekedar niat, dan tidak akan memberikan sangsi kepada mereka yang berniat jahat tapi tidak sampai mengerjakannya. Subhanallah, segala puji bagi-Mu ya Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 

Sabar

Sabar adalah separuh iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar. (HR. Al Hakim)

Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula (pertama kali) tertimpa musibah. (HR. Bukhari)

Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sodaqoh (yang kita keluarkan). (HR. Ath-Thabrani)

Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang bila terkena ujian dan cobaan dia bersabar. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang sabar dalam menghadapi segala macam cobaan, entah dikala sempit atau pun dikala lapang. aamiin

Don't judge a book by its cover! Is it?!

Don't judge a book by its cover! Kalimat ini seringkali kita dengar dan hampir setiap orang akan setuju akan makna yang terkandung di dalamnya. Namun demikian, kita harus tetap selalu berhati-hati dalam menjaga sikap dan mengungkap makna dalam kata karena sifat dasar kita sebagai manusia adalah menghakimi orang atas apa yang kita lihat, kita dengar dan kita alami. Sadar ataupun tidak, termasuk diri saya sendiri. Astaghfirullaah.
Hal yang paling utama adalah ketika kita berbicara. Menjalankan kewajiban sebagai pembicara sekaligus pendengar adalah hal yang tidak bisa kita lalaikan. Kata yang indah yang diucapkan dengan nada, intonasi serta bahasa tubuh yang tepat, pasti akan berdampak luar biasa bagi yang mendengarkan. Sebaliknya, seindah dan sebijak apapun kalimat yang kita sampaikan, namun dengan nada dan intonasi serta ekspresi anggota tubuh yang tidak tepat, maka pasti akan berdampak negatif.
Sehebat apakah sebenarnya kata-kata yang kita ucapkan itu? Berkaitan dengan hal ini, para ahli sosiologi berkata, "Sesungguhnya kekuatan kata akan melampaui kekuatan apapun yang bisa mengantarkan pesan kepada relung jiwa manusia. Ia ibarat listrik atau tenaga nuklir". Selain itu, orang bijak juga mengatakan, "Perkataan anda adalah kekuatan terbesar yang anda miliki. Jika anda mampu memolesnya menjadi indah, mengarahkannya dengan baik, dan menempatkannya sesuai dengan posisinya, maka anda menjadi orang yang beruntung, karena meraih cinta manusia dan kepercayaan mereka hingga jalan menuju kesuksesan akan terbuka di hadapan anda".

Saudaraku, dari kalimat-kalimat di atas, jelas terlihat bahwa sebenarnya tidak salah ketika orang men-judge the book by its cover. Yang perlu kita pahami di sini adalah bahwa "cover" juga bisa berupa kata-kata yang kita dengar pertama kali ataupun sikap yang kita terima dari seseorang yang baru kita kenal. Karena sudah dapat dipastikan bahwa orang yang baik, cerdas serta bijak tidak akan berbicara dan bersikap "nyeleweng" dari yang seharusnya. Berbicara tentang orang cerdas, bukan hanya berarti mereka yang memiliki nilai akademik tinggi, namun dalam hal ini lebih kepada bagaimana ia bisa bersikap dan berkata yang tepat pada lawan bicaranya. Rasulullah SAW telah mengingatkan kita bahwa, "Aku diperintahkan untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan kadar akal mereka". Baiklah, sekarang sudah jelas bahwa ketika ada orang yang -kata orang- "cerdas", namun tidak dapat berbicara sesuai dengan lawan bicaranya, berarti sesungguhnya iapun belum secerdas seperti apa yang dikatakan orang.
Berhubungan dengan kata ataupun kalimat yang kita bahas di sini, Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Qur'an surat Ibrahim:14 yang artinya, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit". Dalam hal tata cara berbicara, Rasulullah juga telah mengingatkan kita, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau (kalau tidak bisa) diamlah". Sekarang sudah jelas bahwa apa-apa yang kita ucapkan merupakan cerminan siapa sebenarnya diri kita di hadapan orang lain.

Semoga kita semua bisa menjadi orang yang lebih ber_hati-hati dalam bertindak (baca: berbicara), dan juga menjadi hamba-Nya yang berbudi luhur. aamiin

10 Alasan Tidak Mau Memakai Jilbab

ALASAN I : Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/kegunaan jilbab
Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini.
Pertama apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama
Islam?
Dengan alami ia berkata: Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa ha Illallah
! Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadan rasullullah !
Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu ia yakin akan Islam
beserta seluruh hukumnya.
Kedua, kami menanyakan Bukankah memakai jilbab termasuk hukum dalam
Islam? Apabila saudari ini jujur dan dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan
berkata: Ya, itu adalah sebagian dari hukum Islam yang tertera di Al-Quran
suci dan merupakan sunnah Rasulullah SAWW yang suci. Jadi kesimpulannya
disini, apabila saudari ini percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia
tidak melaksanakan hukum dan perintahnya?

ALASAN II : Saya yakin akan pentingnya jilbab namun Ibu saya
melarangnya, dan apabila saya melanggar ibu, saya akan masuk
neraka.
Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla termulia,
Rasulullah SAWW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana:
Tiada kepatuhan kepada suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada
Allah SWT. (Ahmad)
Sesungguhnya, status orangtua dalam Islam, menempati posisi yang sangat
tinggi dan terhormat. Allah berfirman :
  Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan- Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang Ibu Bapak . (QS. An-
Nisa:36).
Kepatuhan terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, yaitu
apabila berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Allah berfirman:

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikutikeduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik (QS.
Luqman : 15)
Berbuat tidak patuh terhadap orangtua dalam menjalani perintah Allah SWT
tidak menyebabkan kita dapat berbuat seenaknya terhadap mereka. Kita
tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah berfirman di
ayat yang sama, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.
Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun
melanggar Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu.

ALASAN III : Posisi dan lingkungan saya tidak membolehkan saya
memakai jilbab.
Saudari ini mungkin satu diantara dua tipe: dia tulus dan jujur, atau
sebaliknya, ia seorang penipu yang mengatas namakan lingkungan
pekerjaannya untuk tidak memakai jilbab.
Kita akan memulai dengan menjawab tipe dia adalah wanita yang tulus dan
jujur. Apakahanda tidak tidak menyadari saudariku tersayang, bahwa wanita
muslim tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi
auratnya dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk
mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu
dan tenagamu untuk melakukan dan mempelajari berbagai macam hal di
dunia ini, bagaimana mungkin engkau dapat sedemikian cerobohnya untuk
tidak mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan
Allah dan kematianmu? Bukankah Allah SWT telah berfirman:

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu
tidak mengetahui (QS An-Nahl : 43).
Belajarlah untuk mengetahui hikmah menutup auratmu. Apabila kau harus
keluar rumahmu, tutupilah auratmu dengan jilbab, carilah kesenangan Allah
SWT daripada kesenangan syetan. Karena kejahatan dapat berawal dari
pemandangan yang memabukkan dari seorang wanita.
Saudariku tersayang!?, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam
menjalani sesuatu dan berusaha, kau akan menemukan ribuan tangan
kebaikan siap membantumu, dan Allah SWT akan membuat segala
permasalahan mudah untukmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman :

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangkasangkanya.
(QS. AtTalaq :2-3).
Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah SWT.
Dan tidak bergantung pada kemewahan pakaian yang kita kenakan, warna
yang mencolok, dan mengikuti trend yang sedang berlaku. Kehormatan dan
kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW,
dan bergantung pada hukum Allah SWT yang murni. Dengarkanlah kalimat
Allah :

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa diantara kamu (QS. Al-Hujurat:13)
Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan mencari kesenangan dan
keridhoan Allah SWT, dan berikan harga yang sedikit pada benda-benda
mahal yang dapat menjerumuskanmu.

ALASAN IV : Udara di daerah saya amatlah panas dan saya tidak dapat
menahannya. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasinya apalagi
jika saya memakai jilbab.
Allah SWT memberikan perumpamaan dengan mengatakan:

Api neraka jahannam itu lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka
mengetahui.. QS At-Taubah : 81)

Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas di daerahmu dengan
panas di neraka jahannam? Sesungguhnya saudariku, syetan telah mencoba
membuat tali besar untuk menarikmu dari panasnya bumi ini kedalam
panasnya suasana neraka. Bebaskan dirimu dari jeratannya dan cobalah
untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah, bukan kesengsaraan.
Apalagi mengingat bahwa intensitas hukuman dari Allah SWT akan jauh lebih
berat dari apa yang kau rasakan sekarang di dunia fana ini. Kembalilah pada
hukum Allah SWT dan berlindunglah dari hukuman-Nya, sebagaimana
tercantum dalam ayat

Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat)
minuman, selain air yang mendidih dan nanah (QS. AN-NABA 78:24-25).
Kesimpulannya, surga yang Allah SWT janjikan, penuh dengan cobaan
dan ujian. Sementara jalan menuju neraka penuh dengan kesenangan,
nafsu dan kenikmatan.

ALASAN V : Saya takut, bila saya memakai jilbab sekarang, di lain hari
saya akan melepasnya kembali, karena saya melihat banyak sekali
orang yang begitu.
Kepada saudari itu saya berkata, apabila semua orang mengaplikasikan
logika anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada
akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan shalat lima waktu karena mereka
takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu shalat itu. Mereka akan
meninggalkan puasa di bulan ramadhan, karena mereka takut tidak dapat
menunaikan satu hari ramadhan saja di bulan puasa, dan seterusnya.
Tidakkah kamu melihat bagaimana syetan telah menjebakmu lagi dan
memblokade petunju bagimu? Allah SWT menyukai ketaatan yang
berkesinambungan walaupun hanya suatu ketaatan yang sangat kecil atau
dianjurkan. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang benar-benar diwajibkan
sebagaimana kewajiban memakai jilbab? Rasulullah SAWW bersabda:
Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan mulia yang terus
menerus, yang mungkin orang lain anggap kecil.
Mengapa kamu saudariku, tidak melihat alasan mereka yang dibuat-buat
untuk menanggalkan kembali jilbab mereka dan menjauhi mereka? Mengapa
tidak kau buka tabir kebenaran dan berpegang teguh padanya?
Allah SWT sesungguhnya telah berfirman:

Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa
itu, dan bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta
menjadinpelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. AL BAQARAH 2:66)
Kesimpulannya, apabila kau memgang teguh petunjuk dan merasakan
manisnya keimanan, kau tidak akan meninggalkan sekali pun perintah
Allah SWT setelah kau melaksanakannya.

ALASAN VI : Apabila saya memakai jilbab, maka jodohku akan sulit, jadi
aku akan memakainya nanti setelah menikah.
Saudariku, suami mana pun yang lebih menyukaimu tidak memakai jilbab
dan membiarkan auratmu di depan umum, berarti dia tidak mengindahkan
hukum dan perintah Allah SWT dan bukanlah suami yang berharga sejak
semula. Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi
dan menjaga perintah Allah SWT, dan jangan pernah berharap tipe suami
seperti ini akan menolongmu menjauhi api neraka, apalagi memasuki surga
Allah SWT. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada
Allah SWT, akan selalu menghadapi kepedihan dan kemalangan di dunia kini
dan bahkan di akhirat nanti. Allah SWT berfirman :

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta.QS. TAHA 20:124)
Pernikahan adalah sebuah pertolongan dan keberkahan dari Allah SWT
kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Berapa banyak wanita yang ternyata
menikah sementara mereka yang tidak memakai jilbab tidak?
Apabila kau, saudariku tersayang, mengatakan bahwa ketidak-tertutupanmu
kini adalah suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, yaitu pernikahan.
Tidak ada ketertutupan. Saudariku, suatu tujuan yang murni, tidak akan
tercapai melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila
tujuannya bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju kesana
pastilah harus dicapai dengan bersih dan murni pula. Dalam syariat Islam
kita menyebutnya : Alat atau jalan untuk mencapai sesuatu, tergantung dari
peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut.
Kesimpulannya, tidak ada keberkahan dari suatu perkawinan yang
didasari oleh dosa dan kebodohan.

  ALASAN VII : Saya tidak memakai jilbab berdasarkan perkataan Allah
SWT : dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut
nyebutnya (dengan bersyukur(QS. Ad-Dhuhaa 93: 11). Bagaimana
mungkin saya menutupi anugerah Allah berupa kulit mulus dan
rambutku yang indah?
Jadi saudari kita ini mengacu pada Kitab Allah selama itu mendukung
kepentingannya dan pemahamannya sendiri ! ia meninggalkan tafsir
sesungguhnya dibelakang ayat itu apabila hal itu tidak menyenangkannya.
Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak
mengikuti ayat:

Janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak
daripadanya ( QS An-Nur 24: 31]
dan firman Allah SWT:

Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya..(QS Al-Ahzab
33:59).
Dengan pernyataan darimu itu, saudariku, engkau telah membuat syariah
sendiri bagi dirimu, yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah SWT, yang
disebut at-tabarruj dan as-sufoor. Berkah terbesar dari Allah SWT bagi kita
adalah iman dan hidayah, yang diantaranya adalah menggunakan hijab.
Mengapa kamu tidak mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu
ini? Kesimpulannya, apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita
yang lebih besar daripada petunjuk dan hijab?

ALASAN VIII : Saya tahu bahwa jilbab adalah kewajiban, tapi saya akan
memakainya bila saya sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk
oleh-Nya.
Saya bertanya kepada saudariku ini, rencana atau langkah apa yang ia
lakukan selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah SWT seperti yang dia
katakan? Kita mengetahui bahwa Allah SWT dalam kalimat-kalimat bijak-Nya
menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Itulah mengapa orang
yang sakit menelan sebutir obat untuk menjadi sehat, dan sebagainya.


Apakah saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan usahanya mencari
petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya, berdoa, sebagaimana
dalam surah Al-Fatihah 1:5

Tunjukilah kami jalan yang lurus
serta berkumpul mencari pengetahuan kepada muslimah-muslimah lain yang
lebih taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dengan menggunakan
jilbab?
Kesimpulannya, apabila saudariku ini benar-benar serius dalam mencari
atau pun menunggu petunjuk dari Allah SWT, dia pastilah akan
melakukan jalan jalan menuju pencariannya itu.

ALASAN IX : Belum waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk
memakainya. Saya pasti akan memakainya nanti seiring dengan
penambahan umur dan setelah saya pergi haji.
Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan menunggu di pintumu kapan
saja Allah SWT berkehendak. Sayangnya, saudariku, kematian tidak
mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia mungkin saja datang disaat kau
masih dalam keadaan penuh dosa dan ketidak siapan Allah SWT berfirman :

Tiap umat mempunyai batas waktu maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat
(pula) memajukannya (QS Al-A'raff 7:34]
saudariku tersayang, kau harus berlomba-lomba dalam kepatuhan pada
Allah SWT:

Berlomba- lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunann dari Tuhanmu
dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah Allah persiapakn
untuk orang-orang yang beriman kepada Allah & Rasul-Nya (QS Al-Hadid
57:21)
saudariku, jangan melupakan Allah SWT atau Ia akan melupakanmu di dunia
ini dan selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi
hak jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang
yang munafik:

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri; (QS Al-Hashr 59: 19)
saudariku, memakai jilbab di usiamu yang muda, akan memudahkanmu.
Karena Allah SWT akan menanyakanmu akan waktu yang kau habiskan
semasa mudamu, dan setiap waktu dalam hidupmu di hari pembalasan
nanti.
Kesimpulannya :berhentilah menetapkan kegiatanmu dimasa datang,
karena tidak seorang pun yang dapat menjamin kehidupannya hingga
esok hari.

ALASAN X : Saya takut, bila saya memakai jilbab, saya akan di-cap dan
digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!
Saudariku, hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan
dalam Kitabullah. Kelompok pertama adalah kelompok / tentara Allah
(Hizbullah) yang diberikan pada mereka kemenangan, karena kepatuhan
mereka. Dan kelompok kedua adalah kelompok syetan yang terkutuk
(hizbush-shaitan) yang selalu melanggar Allah SWT. Apabila kau, saudariku,
memegang teguh perintah Allah SWT, dan ternyata disekelilingmu adalah
saudara-saudaramu yang memakai jilbab, kau tetap akan dimasukkan dalam
kelompok Allah SWT. Namun apabila kau memperindah nafsu dan egomu,
kau akan mengendarai kendaraan Syetan, seburuk-buruknya teman.

KESIMPULAN
Tubuhmu, dipertontonkan di pasar para syetan dan merayu hati para
pria. Model rambut, pakaian ketat yang mempertontonkan setiap detail
tubuhmu,pakaian-pakaian pendek yang menunjukkan keindahan kakimu,
dan semua yang dapat membangkitkan amarah Allah SWT dan
menyenangkan syetan.
Setiap waktumu yang kau habiskan dalam kondisi ini, akan terus
semakin menjauhkanmu dari Allah SWT dan semakin membawamu lebih
dekat pada syetan. Setiap waktu kutukan dan kemarahan menuju
kepadamu dari surga hingga kau bertaubat. Setiap hari membawamu
semakin dekat kepada kematian,

Tiap- tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan
dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain dari kesenangan yang
memperdayakan QS AliImran 3:185).
Naikilah kereta untuk mengejar ketinggalan, saudariku, sebelum kereta
itu melewati stasiunmu. Renungkan secara mendalam, saudariku, apa
yang terjadi hari ini sebelum esok datang. Pikirkan tentang hal ini,
saudariku, sekarang, sebelum semuanya terlambat !

"Fa maadza ba'da-lhaqq, illa-dl_dlalaal"

Selasa, 11 Februari 2014

Bersedekah - Hidup Sederhana dan Tidak Bermegah-megahan

"Rasulullah SAW berkata: ”Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan terhadap kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah jika kekayaan dunia dilimpahkan kepada kalian sebagaimana telah dilimpahkan  kepada orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba dan akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka.” (Shahih Muslim No.5261)

Dalam surat Al Maa’uun disebut bahwa orang yang enggan menolong anak yatim dan fakir miskin dengan barang berguna sebagai pendusta agama meski dia sholat:

”Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
orang-orang yang berbuat ria.
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” [Al-Maa’uun:1-7]

Allah melarang kita menghambur-hamburka n harta secara boros. Sebaliknya memerintahkan kita untuk bersedekah:

”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]

Nabi Muhammad sendiri selaku Nabi dan pimpinan negara di mana kerajaan Romawi dan Persia sudah hampir jatuh di tangannya meski kaya menolak hidup mewah. Pada zaman Sahabat kedua kerajaan besar itu takluk di tangan Islam. Tidak seperti Raja Romawi dan Persia yang hidup mewah bergelimang harta, beliau hidup sederhana. Nabi tidur hanya beralaskan pelepah kurma sementara perabot rumahnya sedikit sekali sehingga membuat Umar ra menangis terharu:

Kisah Umar ra: Aku (Umar) lalu segera masuk menemui Rasulullah saw.. yang sedang berbaring di atas sebuah tikar. Aku duduk di dekatnya lalu beliau menurunkan kain sarungnya dan tidak ada sesuatu lain yang
menutupi beliau selain kain itu. Terlihatlah tikar telah meninggalkan bekas di tubuh beliau. Kemudian aku melayangkan pandangan ke sekitar kamar beliau. Tiba-tiba aku melihat segenggam gandum kira-kira seberat satu sha‘ dan daun penyamak kulit di salah satu sudut kamar serta sehelai kulit binatang yang belum sempurna disamak. Seketika kedua mataku meneteskan air mata tanpa dapat kutahan. Rasulullah bertanya: Apakah yang membuatmu menangis, wahai putra Khathab? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, bagaimana aku tidak menangis, tikar itu telah membekas di pinggangmu dan tempat ini aku tidak melihat yang lain dari apa yang telah aku lihat. Sementara kaisar (raja Romawi) dan kisra (raja Persia) bergelimang buah-buahan dan sungai-sungai sedangkan engkau adalah utusan Allah dan hamba pilihan-Nya hanya berada dalam sebuah kamar pengasingan seperti ini. Rasulullah saw. lalu bersabda: Wahai putra Khathab, apakah kamu tidak rela jika akhirat menjadi bagian kita dan dunia menjadi bagian mereka? [Muslim]

Inilah sunnah Nabi kita. Kaya, tapi memilih menyumbangkan kekayaannya untuk kejayaan Islam. Bukan menumpuk-numpuk kekayaannya untuk bermegah-megahan seperti dalam surat At Takatsuur.

Itulah sunnah Nabi. Hidup sederhana dan gemar bersedekah untuk menolong fakir miskin.

*Artikel Islam

Do'a

Rasulullah saw tidak pernah lalai mengingatkan kita tentnag pentingnya perdo'a. Bahkan, untuk memotivasi kita, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Maha Pemalu lagi Maha Mulia, Dia malu kepada hambaNya yang mengangkat kedua tangannya dalam do'a, lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan hampa." (HR. Ibnu Hibban)

Membaca hadits tersebut, sepertinya menjadikan kita yakin kalau semua do'a kita pasti akan dikabulkan. Namun kenapa ada juga yang sudah lama berdo'a dan bersungguh-sungguh, tapi belum juga terkabul? Berikut dijelaskan oleh Ibnu Qayyim, "Do'a adalah sebab paling kuat untuk menolak sesuatu yang tak diinginkan, atau mengharapkan terwujudnya sesuatu yang didamba. Namun, terkadang pengaruhnya ditangguhkan oleh sebab: do'a itu lemah karena mengandung sesuatu yang tak disukai Allah, seperti karena adanya permusuhan; atau sebab lemahnya hati dan tidak dihadapkan sepenuhnya kepada Allah saat berdo'a, sehingga kedudukannya sama seperti tekad lemah yang melahirkan kelemahan; atau oleh sebab adanya faktor-faktor yang menyebabkan do'a itu tertolak, seperti makanan haram, atau ada dosa-dosa yang menguasai hati, atau diliputi kelalaian, kelengahan, dan kesia-siaan yang mengalahkannya."

Penjelasan Ibnu Qayyim di atas sangat jelas, kenapa do'a kita belum juga terkabul. Apakah memang kita terlalu banyak dosa, ataukah tanda-tanda yang telah disebutkan oleh Ibnu Qayyim itu memang ada dalam diri kita? Memang kita harus bermuhasabah, agar kita tidak menyangka yang bukan-bukan karena do'a kita belum diijabah oleh Allah. Merenungkan kembali apakah do'a kita sudah benar.

Yang tak kalah penting, walaupun do'a kita belum juga ada jawaban, kita harus selalu berpikiran positif dan tidak patah semangat. Bukankah Allah itu sesuai dengan prasangka hambaNya? Dan bukankah apa-apa yang kita anggap baik juga belum tentu baik menurut Allah? Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Kita tidak perlu mencampuri keputusan yang akan diambilNya. Ikhtiar, berdo'a, tawakkal dan merasa ikhlas akan keputusanNya adalah yang terbaik. InsyaAllah.

Mimpi-mimpi Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam

Jika kita diberi kemampuan membaca Al-Qur'an oleh Allah SWT namun kita enggan membacanya di malam hari dan malas mempraktikkan isinya di siang hari, maka kita harus bersiap-siap menerima siksa kubur hingga datangnya hari kiamat. Na'dzubillah min dzalik, semoga kita dihindarkan dari kemalasan yang kan membawa kita ke neraka jahannam. Amiin.

Untuk lebih jelasnya, mari kita sama-sama membaca kisah Rasulullah SAW di bawah ini.

Suatu ketika, Samurah bin Jundub berkata, "Apabila Rasulullah SAW selesai melaksanakan sholat shubuh, beliau menoleh kepada kami seraya bertanya, "Adakah di antara kalian yang bermimpi tadi malam?" Jika memang ada salah seorang jama'ah bermimpi, maka iapun menceritakan mimpinya kepada beliau. Dan, beliau pun akan menakwilkan mimpi tersebut sesuai wahyu dari Allah.

Suatu ketika beliau bertanya, "Adakah di antara kalian yang bermimpi tadi malam?" "Tidak," jawab kami. Kemudian beliau bercerita, "Tadi malam, aku bermimpi, ada dua orang lelaki mendatangiku. Mereka memegang tanganku dan membawaku pergi ke sebuah tanah lapang. Lalu mereka mempertemukanku dengan seseorang. Ia diinjak kepalanya oleh seorang penjaga yang memegang tonggak besi. Kemudian si penjaga menancapkan besi itu ke dalam rahang orang tersebut sampai tembus ke tengkuk. Lalu besi itu ditariknya lagi dan menancapkannya di bagian rahang yang lain. Namun, rahang itu pun menjadi utuh lagi. Dan, si penjaga melakukannya kembali.

"Apakah ini?" tanyaku. "Ayo pergi lagi!" sanggah mereka. Maka aku pun pergi bersama mereka. Lalu aku bertemu dengan seseorang yang tubuhnya terlentang. Ia dijaga oleh seseorang yang membawa batu besar. Si penjaga menghantamkan batu itu ke kepala orang tersebut sampai batunya terpental. Ketika si penjaga memungut kembali batu itu, maka kepala orang tadi pun menyatu kembali seperti semula. Dan, si penjaga melakukannya kembali.

"Apakah ini?" tanyaku. "Ayo pergi!" ujar mereka.

Lalu aku pergi bersama mereka. Kemudian aku melihat sebuah rumah yang dibangun sebagai cerobong api. Bagian atas bangunan  tersebut kecil dan bagian bawahnya lebar. Pada ruangan bawah bangunan itu dinyalakanlah api, sedangkan di dalamnya  ditempatkan beberapa lelaki dan perempuan dalam keadaan telanjang. Ketika api dinyalakan, mereka terangkat hingga nyaris keluar dari cerobong. Dan ketika api padam mereka terjatuh kembali.

"Apakah ini?" bujukku. "Ayo pergi!" ujar mereka.

Dan, aku pun pergi. Kemudian aku melihat sebuah sungai darah. Di sungai itu ada seseorang. Dan seorang lagi menjaganya di pinggir sungai dengan batu di tangannya. Bila orang yang berada di sungai itu hendak keluar maka si penjaga melemparinya dengan batu tersebut. Dan orang itu pun kembali ke tempatnya semula. Lalu ia melakukannya kembali.

"Apakah ini?" tanyaku penasaran. "Ayo pergi!" bantah mereka.

Maka, aku pun pergi. Lalu aku melihat sebuah kebun yang hijau. Di kebun itu ada sebuah pohon yang besar. Di pangkal pohon tersebut ada seorang kakek yang dikelilingi oleh anak-anak kecil. Tak jauh dari tempat itu ada seseorang yang dikelilingi oleh nyala api. Ia menjaga api tersebut agar tidak padam. Lalu mereka membawaku ke atas pohon. Dan aku dimasukkan ke dalam sebuah ruangan. Kemudian aku dibawa ke sebuah ruangan yang lebih bagus dan indah. Di dalam ruangan tersebut ada beberapa orang tua dan pemuda.  

"Kalian berdua telah membawaku berkeliling pada malam ini, maka ceritakanlah kepadaku apa yang telah aku lihat," desakku kepada mereka. "Baiklah!" jawab mereka.

Adapun orang yang pertama engkau saksikan adalah seorang pendusta yang disiksa sampai menemui ajal. Ia terus menerus dihukum demikian, sebagaimana engkau saksikan, sampai hari kiamat tiba. Kemudian Allah memperlakukannya sebagaimana Dia kehendaki.

Dan, lelaki yang kau jumpai dalam keadaan terlentang adalah seseorang yang diberi kemampuan membaca Al-Qur'an oleh Allah SWT tapi enggan membacanya di malam hari, dan malas mempraktikkan isinya di siang hari. Ia pun terus diperlakukan demikian sampai hari kiamat datang.

Kemudian orang-orang yang kau lihat di dalam cerobong api, mereka adalah para pezina. Sedangkan orang yang berada di sungai itu adalah pemakan riba. 

Adapun orang tua yang kau jumpai berada di pangkal pohon, ia adalah Ibrahim sang kekasih, sedangkan anak-anak kecil yang bersamanya adalah anak-anak manusia.

Dan, lelaki yang engkau lihat menyalakan api dan menjaganya, ia adalah Malik, malaikat penjaga api neraka. 

Ruangan pertama yang engkau masuki adalah rumah-rumah kebanyakan orang mukmin. Sedangkan ruangan lainnya adalah rumah para syuhada.

"Saya adalah malaikat Jibril, dan ini malaikat Mikail," ujar mereka memperkenalkan. "Tengoklah ke atas!" perintah mereka. Ternyata, ada semacam awan. "Itu adalah rumahmu," kata keduanya menjelaskan. "Bawalah aku ke dalam rumahku!" pintaku. "Engkau masih mempunyai tugas yang belum engkau sempurnakan. Bila engkau telah menyelesaikannya maka engkau boleh memasukinya," jawab mereka."

*HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Hakim

Pembebasan Hati

Sembari meronta dalam belenggu, hati berseru:

Tinggalkan aku, wahai nafsu !!
Dosa-dosamu melelahkanku
Engkau buat hilang kesadaranku
Aib-aibmu membinasakanku
Bertambah perihlah siksaku
Menyempitlah duniaku
Aku tercekik... tercekik...
Dan kehilangan kesadaran sekian lama

Wahai nafsu,
Betapa besar ambisiku pada kebaikan !
Betapa ingin aku menyambut seruan da'i kepada Allah !
Tetapi, manakala kupijakkan kaki bersama golongan orang-orang saleh
Meretas jalan bersama mereka di jalan yang diwarnai pendar-pendar cahaya
Engkau melarangku
Engkau halangi aku dari keselamatan
Kini saatnya engkau mengasihiku !
Biarkan aku selamat !
Lepaskan aku dari belenggumu !
Bebaskan aku dari simpulmu yang menyakitkan !
Jika engkau lebih memilih pergi, sesungguhnya aku tidak sanggup meskipun hanya sesaat
Tetapi jika engkau lebih menginginkan kebinasaan, aku tidak sanggup di neraka Jahanam
Dan jika engkau merindukan Surga 'Adn
Akulah yang tergila-gila padanya sekian lama
Celakanya,
Aku adalah bagian darimu, dan engkau bagian dariku
Meskipun begitu, apa dosaku hingga engkau menutup semua pintu keselamatan ?!
Apalagi yang harus ku lakukan, sedangkan engkau menghabisi semua benih kebaikan ?!
Aku harus bagaimana lagi, sedangkan engkau selalu ingin membunuhku ?!

Kalian, wahai para dedengkot nafsu
Wahai kelalaian yang maha besar
Wahai syahwat yang menghanyutkan
Wahai kekerasan yang mengalahkan
Wahai yang sengaja berkonspirasi
Wahai semua yang ikut ambil bagian dalam dosa
Pergilah dariku selamanya
Tinggalkan aku dan jangan kembali lagi
Tak ada tempat di sisiku bagi kalian

Matilah kalian bersama amarah
Mudah-mudahan Allah mengembalikan ruhku
Memaafkan aku dalam keberagamaanku
Dan mengizinkan aku mengingat-Nya


#source: "Bagaimana Engkau Menghadap ALLAH?"
Menyiapkan Hati Sebelum Ajal Menjemput
by. DR. Khalid Abu Syadi

Untuk para penjaga Al-Qur'an

"Penghafal Al-Qur'an adalah pembawa bendera Islam. Sangat tidak layak baginya larut dalam senda gurau sebagaimana orang-orang bersenda gurau, dan tidak layak baginya larut dalam kealpaan seperti orang yang alpa. Tidak layak juga baginya larut dalam kelalaian dan permainan bersama orang yang lalai."
~Fudhail bin Iyadh Radhiyallohu'anhu

Rabu, 05 Februari 2014

Cinta dan Do'a

Sesungguhnya,, aku mencintaimu karena agama yang ada padamu
dan jikalau agama itu hilang daripadamu,,
maka hilanglah cinta-ku padamu..
*Imam An-Nawawi

Selasa, 04 Februari 2014

Hanya Cerita

Tahukah kau, mengapa aku memberi nama blog.ku ini 'muslim cinta mukmin'? | Itu ibarat diriku yang mencintaimu
Tahukah kau mengapa aku selalu saja bertanya apakah engkau mau mengenakan cadar? | Itu karna aku teramat sangat cemburu jika ada laki-laki lain yang melihat wajahmu
Tahukah kau mengapa aku ingin kita berpisah? | Itu karena sebelum kita halal, kita masih mempunyai jarak
Aku tidak mau kita lebih mementingkan diri kita sendiri dan mengesampingkan ALLOH Robbul'alamin..
Aku mengira kau pasti sudah tahu jika kita diciptakan semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya. Maka dari itu, jika memang Dia menghendaki kita bersama. Aku ingin kita bersama dalam rangka ibadah. Bukan malah menyelisihi aturan-Nya.
Aku sangat meminta maaf kepadamu karna telah mencuri hatimu. Aku tak pernah mengira kejadiannya akan menjadi seperti ini. Walaupun ada perasaan senang, tapi disisi lain aku takut jika aku menyakitimu.
Aku tak akan pernah memaksamu untuk menungguku.
 Karna aku pun sadar bahwa apakah pantas manusia sepertiku dinanti oleh bidadari sepertimu?
Sekali lagi, aku hanya ingin jika memang ALLOH Subhanahu wata'ala mengijinkan ku menjadi imam mu. Aku ingin hal ini berlandaskan karna ibadah, bukan yang lain.
Jika terkadang kau mengirimkan pesan dan aku membalas dengan kata-kata yang terlihat cuek, marah.. itu hanyalah pada tulisan. Sebenarnya aku senang, bahkan teramat senang ketika kau memberiku kabar. Tapi aku juga merasa bersalah kepada ALLOH, karna telah membuatmu seperti ini.
Aku berharap kita dapat menjaga hati kita agar senantiasa bertakwa kepada-Nya.
*Teruntuk dirimu sinar mentari yang membuat hari-hariku menjadi terang benderang.

 Tidak sepantasnya kita terlalu merasa bersalah kepada manusia, walaupun memang hal itu wajar-wajar saja.. tapi kita harus lebih merasa bersalah kepada ALLOH Subhanahu wata'ala..
Manusia diciptakan (bersifat) lemah, dan juga manusia itu tempatnya salah dan juga lupa. Tapi Dia takkan memberikan cobaan diatas kemampuan hamba_Nya.
Manusia hanya bisa berusaha dan berdo'a, ALLOH lah yang menentukan.
Ber-khusnudzon lah, karna ALLOH bertindak sesuai prasangka hamba-Nya. Hanya saja tidak semua yang kita ingin pasti terjadi. Maka berdo'alah agar kita dapat qona'ah. Karna yang ALLOH berikan pastilah yang terbaik untuk hamba_Nya. 'When ALLOH intends, He says "Be!" And it is! QS. Yaa Siin, 82'

Pages - Menu