"Rasulullah SAW berkata: ”Demi Allah, bukan kefakiran yang aku
khawatirkan terhadap kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah jika
kekayaan dunia dilimpahkan kepada kalian sebagaimana telah dilimpahkan
kepada orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian akan berlomba-lomba
mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba dan akhirnya dunia itu
membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka.” (Shahih
Muslim No.5261)
Dalam surat Al Maa’uun disebut bahwa orang
yang enggan menolong anak yatim dan fakir miskin dengan barang berguna
sebagai pendusta agama meski dia sholat:
”Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
orang-orang yang berbuat ria.
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” [Al-Maa’uun:1-7]
Allah melarang kita menghambur-hamburka n harta secara boros. Sebaliknya memerintahkan kita untuk bersedekah:
”Dan
berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]
Nabi
Muhammad sendiri selaku Nabi dan pimpinan negara di mana kerajaan Romawi
dan Persia sudah hampir jatuh di tangannya meski kaya menolak hidup
mewah. Pada zaman Sahabat kedua kerajaan besar itu takluk di tangan
Islam. Tidak seperti Raja Romawi dan Persia yang hidup mewah bergelimang
harta, beliau hidup sederhana. Nabi tidur hanya beralaskan pelepah
kurma sementara perabot rumahnya sedikit sekali sehingga membuat Umar ra
menangis terharu:
Kisah Umar ra: Aku (Umar) lalu segera
masuk menemui Rasulullah saw.. yang sedang berbaring di atas sebuah
tikar. Aku duduk di dekatnya lalu beliau menurunkan kain sarungnya dan
tidak ada sesuatu lain yang
menutupi beliau selain kain itu.
Terlihatlah tikar telah meninggalkan bekas di tubuh beliau. Kemudian aku
melayangkan pandangan ke sekitar kamar beliau. Tiba-tiba aku melihat
segenggam gandum kira-kira seberat satu sha‘ dan daun penyamak kulit di
salah satu sudut kamar serta sehelai kulit binatang yang belum sempurna
disamak. Seketika kedua mataku meneteskan air mata tanpa dapat kutahan.
Rasulullah bertanya: Apakah yang membuatmu menangis, wahai putra
Khathab? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, bagaimana aku tidak menangis,
tikar itu telah membekas di pinggangmu dan tempat ini aku tidak melihat
yang lain dari apa yang telah aku lihat. Sementara kaisar (raja Romawi)
dan kisra (raja Persia) bergelimang buah-buahan dan sungai-sungai
sedangkan engkau adalah utusan Allah dan hamba pilihan-Nya hanya berada
dalam sebuah kamar pengasingan seperti ini. Rasulullah saw. lalu
bersabda: Wahai putra Khathab, apakah kamu tidak rela jika akhirat
menjadi bagian kita dan dunia menjadi bagian mereka? [Muslim]
Inilah
sunnah Nabi kita. Kaya, tapi memilih menyumbangkan kekayaannya untuk
kejayaan Islam. Bukan menumpuk-numpuk kekayaannya untuk bermegah-megahan
seperti dalam surat At Takatsuur.
Itulah sunnah Nabi. Hidup sederhana dan gemar bersedekah untuk menolong fakir miskin.
*Artikel Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar